Raden Ajeng Kartini Berasal Dari Kota

Raden Ajeng Kartini Berasal Dari Kota

Educated at Dutch Schools

As a child, Kartini was very active, playing and climbing trees. She earned the nickname "little bird" because of her constant flitting around. A man of some modern attitudes, her father allowed her to attend Dutch elementary school along with her brothers. The Dutch had colonized Java and established schools open only to Europeans and to sons of wealthy Javanese. Due to the advantages of her birth and her intellectual inclination, Kartini became one of the first native women allowed to learn to read and write in Dutch.

Despite her father's permission to allow her a primary education, by Islamic custom and a Javanese tradition known as pingit, all girls, including Kartini, were forced to leave school at age 12 and stay home to learn homemaking skills. At this point, Kartini would have to wait for a man to ask for her hand in marriage. Even her status among the upper class could not save her from this tradition of discrimination against women; marriage was expected of her. For Kartini, the only escape from this traditional mode of life was to become an independent woman.

Raden Ajeng Kartini (1879-1904) is credited with starting the move for women's emancipation in Java, an island then controlled by Holland as part of the Netherlands Indies (now Indonesia). Born to the aristocracy, Kartini was privileged to be able to attend Dutch colonial schools, but was forced to quit at an early age due to Islamic law at the time. At the age of 24, she was married to a man twice her age who already had three wives. Kartini wrote letters to her friends in Holland protesting the treatment of women in Java, the practice of polygamy, and of the Dutch suppression of the island's native population. Decades later, the Indonesian state constitution promised gender equality to all its citizens, and Kartini Day continues to be celebrated on April 21 to commemorate Kartini's contribution to women's rights.

Kartini was born on April 21, 1879, in Mayong village near of Jepara, a town located in the center of the island of Java. She was born into the Javanese priyayi, or aristocracy; her father was Jepara mayor Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Kartini was one of 12 children born to Raden's several wives.

Akhir Hayat Raden Ajeng Kartini

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Mengutip e-book Sisi Lain Kartini oleh Prof. Dr. Djoko Marihandono, dkk, tiga hari setelah pernikahannya, Kartini pindah ke Rembang untuk memulai hidup baru sebagai seorang ibu. Ia harus membagi waktu untuk suami dan anak-anaknya. Keluarga Bupati Rembang akan berkumpul kembali pada jam empat, dengan aktivitas yang berbeda.

Aktivitas keseharian Kartini mulai terhambat setelah mengandung anak pertamanya. Kondisi fisiknya mulai menurun sehingga beberapa kali menderita sakit. Tanggal 13 September 1903, Kartini melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat. Setelah melahirkan kondisi Kartini tampak sehat dan berseri-seri, karena itu dokter yang membantu persalinan kembali ke kotanya.

Tanpa sebab yang jelas kondisi tubuh Kartini melemah. Dokter tidak bisa mengembalikan kesehatan tubuhnya. Pada 17 September 1903, akhirnya Kartini wafat dalam usia yang masih sangat muda 25 tahun. Kematian R.A. Kartini pun sangat mengguncang pikiran suaminya.

Opened School for Girls

Rather than remaining submissive and compliant, like a good Javanese daughter, the unconventional Kartini often had disagreements with her father, and it is believed that her family was, consequently, eager to marry her off. On November 8, 1903, she obeyed her father and married Raden Adipati Joyoadiningrat, the regent of Rembang. Joyoadiningrat was a wealthy man of age 50 who already had three wives and a dozen children. Kartini—who was, at 24 years of age, considered too old to marry well—found herself a victim of polygamy. She was devastated by the marriage, which ended her dream of studying abroad just as she was awarded a scholarship to study in Europe.

Despite the marriage, in 1903 Kartini was able to take a first step toward achieving women's equality by opening a school for girls. With aid from the Dutch government Kartini established the first primary school in Indonesia especially for native girls regardless of their social standing. The small school, which was located inside her father's house, taught children and young women to read and make handicrafts, dispensed Western-style education, and provided moral instruction. At this time, Kartini also published the paper "Teach the Javanese."

Kartini's enthusiasm at educating Indonesian girls was short lived. On September 17, 1904, at the age of 25, she died while giving birth to her son. Kartini is buried near a mosque in Mantingan, south of Rembang.

Kartini Day Declared National Holiday

In Indonesia, April 21, Kartini's birthday, is a national holiday that recognizes her as a pioneer for women's rights and emancipation. During the holiday women and girls don traditional clothing to symbolize their unity and participate in costume contests, cook-offs, and flower arrangement competitions. Mothers are allowed the day off as husbands and fathers do the cooking and housework. Schools host lectures, parades are held, and the women's organization Dharma Wanita specially marks the holiday.

In more recent years criticism has arisen regarding the superficial observance of Kartini Day. Many now chose not to commemorate it, and it has increasingly been eliminated from school calendars. What saddens historians and activists is that Kartini has become a forgotten figure for the younger generation, who cannot relate to the achievements she wrought in a repressive society that is now almost forgotten. Historians have also debated the role Kartini herself played in promoting women's emancipation. Other than her letters, some have argued that she was a submissive daughter, feminine but not necessarily a feminist.

The film biography R. A. Kartini was produced to highlight her efforts to promote women's emancipation and education. Based on her published letters as well as memoirs written by friends, the film presents the two aspects of Kartini's life: her brief public life which had minimal effect, and her letters which, after her death, had profound influence on women all over the world. The film, written and directed by Indonesian filmmaker Sjuman Djaya, recreates Kartini's family life, ambitions, and the historical context of life under Dutch colonialism. Kartini is also remembered through businesses inspired by her vision. Kartini International, based in Ontario, Canada, advocates for women's education and rights, and won the 2000 Canadian International Award for Gender Equality Achievement for its work.

Kartini, R. A., Letters from Kartini: An Indonesian Feminist, 1900-1904, Monash Asia Institute, 1994.

—, On Feminism and Nationalism: Kartini's Letters to Stella Zeehandelaar, 1899-1903, Monash Asia Institute, 1995.

Palmier, Leslie, Indonesia, Walker & Co., 1965.

Jakarta Post, April 21, 2001; April 20, 2002.

Chaniago, Ira, "Raden Ajeng Kartini—A Pioneer of Women's Education in Indonesia," University of New England Web site,http://www.une.edu.au/unepa/Gradpost/gp_9.3web.pdf (December 23, 2003).

Discover Indonesia Online,http://indahnesia.com/Indonesia/Jawa/ (December 23, 2003).

Monash Asia Institute Web site,http://www.arts.monash.edu.au/mai/ (December 23, 2003).

Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau acap disapa Kartini merupakan sosok pahlawan Indonesia yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan. Cita-cita luhur Kartini ingin menghapuskan penderitaan perempuan yang terkungkung dalam tembok tradisi dan adat-istiadat masyarakat feodal-patriarkal Jawa. Kala itu, perempuan selalu menjadi potret tragis yang tidak memiliki kebebasan, seperti pelarangan mengenyam pendidikan, adanya pingitan, hingga harus siap dipoligami oleh suami dengan dalih berbakti.

Kartini, melalui surat-surat yang dikirimkan ke sababat penanya  mengemukakan pemikiran-pemikirannya dalam mendobrak tradisi feodal-patriarkal yang menghambat kemajuan kaum perempuan. Ia ingin perempuan memiliki masa depan yang lebih maju, bebas, cemerlang, dan merdeka. Ia menganggap pendidikan merupakan jalur mutlak yang diperlukan demi mengangkat derajat perempuan dan martabat bangsa Indonesia. Baginya, pengajaran kepada perempuan secara tidak langsung akan meningkatkan martabat bangsa.

Atas cita-cita dan perjuangannya melalui pemikiran-pemikiran itu Kartini dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keppres Nomor 108 Tahun 1964 tentang Penetapan Kartini sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno.

Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara. Ia merupakan seorang perempuan berdarah ningrat Jawa. Ayahnya  yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat adalah wedana Mayong, yang kemudian menjadi Bupati Jepara, sedangkan ibunya bernama M. A. Ngasirah.  Sang ibu merupakan seorang putri dari Nyai Hajjah Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.

Putri kelima dari 11 bersaudara ini memang terlahir dari keturunan keluarga cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV menjadi bupati pada usia 25 tahun. Dia adalah bupati pertama yang mendidik anak-anaknya dengan pelajaran khas Barat, langsung dari seorang guru asli Negeri Belanda.

Sifat progresif kakeknya yang memberikan pendidikan Barat pada putra-putranya, diwarisi oleh sang ayah Sosroningrat. Dia menyekolahkan semua anaknya ke Europese Large School, sekolah gubernemen kelas satu yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar dan diperuntukkan bagi orang-orang Belanda dan Jawa yang tersohor.

Pada 1885 Kartini mulai bersekolah di Europese Large School (ELS). Di sekolah inilah untuk pertama kalinya Kartini mendapatkan bahan bekal perjuangannya. Setamatnya di ELS, Kartini ingin meneruskan pendidikannya ke Semarang, di Hoogere Burgerschool (HBS). Kartini pernah ditawari untuk sekolah ke Belanda oleh gurunya. Namun, sang ayah tidak lagi memberi izin dan Kartini tak kuasa melawan.

Ia bersekolah hanya sampai usia 12 tahun, dan terpaksa harus keluar untuk menjalani masa pingitan. Masa-masa inilah disebut Kartini bagai ‘dalam penjara’. Kartini tidak banyak bergaul selama masa pingitannya. Justru, ia mulai merenung tentang nasib perempuan yang terkungkung adat dan tidak bisa menentukan masa depannya sendiri.

Dalam masa pingitan tersebut Kartini mengasah pemikirannya dengan banyak belajar seorang diri. Sebab bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda, salah satunya Rosa Abendanon.

Memasuki usia 16 tahun, Kartini dibebaskan dari masa pingitan. Kemudian, ia banyak belajar sendiri. Lantaran menguasai bahasa Belanda, maka ia mulai belajar dan menulis surat kepada teman-temannya yang berasal dari Belanda.

Stella Zeehandelaar, kawan pena Kartini, menyarankan kepada Ir. H. H. van Kol (anggota parlemen Belanda yang satu partai dengan Stella) agar mengunjungi putri-putri Bupati Sosroningrat. Ia menjelaskan bagaimana keinginan Kartini dan Roekmini (adiknya) untuk bisa belajar ke Belanda.

Pada 20 April 1902, van Kol yang didampingi wartawan De Locomotief, Stoll, tiba di Jepara dan disambut dengan sangat ramah oleh keluarga Bupati Jepara. Di sinilah kesempatan van Kol untuk berbincang dengan Kartini, sekaligus membicarakan beasiswa itu. Kartini diminta untuk segera membuat surat permohonan.Berkat peran Van Kol memperjuangkan beasiswa Kartini dalam sidang Tweede Kamer pada 26 November 1902, Menteri Seberang Lautan A. W. F. Idenburg menyetujui untuk memproses beasiswa tersebut.

Kendati jalan sudah terbuka, tapi ia batal ke Belanda karena alasan politis. Alasan itulah yang menjadikan Kartini kembali memilih berkorban demi ketenteraman keluarga dan mengorbankan pamrih pribadi. Lantas, ketika beasiswa dari Belanda akhirnya benar-benar datang, Kartini menyarankan supaya Agus Salim yang berangkat.

Memasuki usia 24 tahun, Kartini menyadari bahwa usahanya untuk bersekolah lagi tak akan pernah terlaksana. Saat ia menunggu keputusan beasiswa dari Batavia, tiba-tiba Bupati Sosroningrat menerima utusan Bupati Djojoadhiningrat dari Rembang yang membawa surat lamaran untuk Kartini.

Kartini tak mampu menolaknya. Ia lantas menyetujui saran ayahnya untuk menikah, dengan berbagai alasan, antara lain, di Rembang ia bisa meneruskan cita-citanya membuka sekolah didampingi seorang suami yang berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan. Ia pun resmi menjadi seorang istri dari duda yang telah memiliki tujuh anak dan dua orang selir.

Oleh MC Kab. Mempawah, Kamis, 27 April 2017 | 08:53 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 2K

Mempawah,InfoPublik – Lebih dari seabad lalu, Raden Ajeng Kartini wafat karena komplikasi saat melahirkan anak pertama.Salah satu pemicunya adalah preeklamsia, yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil di samping infeksi dan pendarahan.

Terbatasnya teknologi medis saat itu membuat pahlawan nasional asal Jepara ini meninggal muda di usia 25 tahun. “Ironisnya, hingga kini Angka Kematian Ibu atau AKI ternyata terhitung masih tinggi padahal kondisi teknologi dan ilmu pengetahuan makin berkembang,” kata Sekretaris Daerah Mochrizal di sela Peringatan Hari Kartini di Aula Kantor Bupati Mempawah, akhir pekan lalu.

Mochrizal menyebut derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh kondisi hidup sehat seorang ibu. Ia menuturkan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas adalah masa yang sangat penting untuk menentukan mutu kesehatan ibu dan anak selanjutnya. “Masa-masa tersebut merupakan masa yang rentan bagi para ibu dan dapat mempengaruhi tumbuh-kembang anak,” ujarnya.

Menurutnya, ketika seorang anak terlahir ke dunia, apakah anak tersebut akan menjadi anak yang sehat atau anak yang rentan terhadap penyakit sangat ditentukan oleh kesehatan ibu pada masa-masa kehamilan dan berlanjut saat menyusui.

Karena itu, ia menyebut sehat mulai dari janin dalam kandungan, anak balita, remaja, dewasa, dan lanjut usia juga perlu diupayakan. Hal itu mengingat banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai keadaan sehat. Mochrizal menegaskan pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya tidak mungkin dicapai hanya oleh sektor kesehatan. “Karena kesehatan bersifat multidimensi, multidisiplin, dan multisektor sehingga pembangunan kesehatan memerlukan dukungan berbagai sektor terutama dari keluarga,” tuturnya.

Keluarga, Mochrizal meneruskan, merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menyediakan kebutuhan seluruh anggotanya. Seperti pendidikan dan budi pekerti, kasih sayang, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya.

“Artinya keluarga merupakan fundamental bagi pembangunan manusia sekaligus barometer kesejahteraan masyarakat pada umumnya,” ucapnya menerangkan. (MC.Mempawah/Rio/Eyv)

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id

Raden Ajeng Kartini merupakan pelopor emansipasi perempuan Indonesia. Ia yakin bahwa kaum perempuan diciptakan sama dengan kaum laki-laki dan hanya berbeda dalam bentuk fisik. Maka Kartini berpendapat bahwa pendidikan tidak perlu menjadi hak istimewa kaum pria. Selain itu ia juga memperjuangkan kehidupan sosial yang lebih baik bagi rakyat jelata pada umumnya.

Kartini memang sosok yang gigih dalam memperjuangkan hak perempuan. Bahkan, kisah R.A. Kartini banyak diabadikan dalam buku-buku sejarah. Berikut ini informasi penting tentang Raden Ajeng Kartini yang perlu kamu tahu.

Wrote Letters to Holland

From 1900 to 1904 Kartini stayed home from school in according to the dictates of Javanese tradition; she found an outlet for her beliefs in letters she wrote in Dutch and sent to her friends in Holland. Kartini was unique in that she was a woman who was able to write; what set her apart even further was her rebellious spirit and her determination to air concerns that no one, not even men, were publicly discussing.

Kartini wrote to her European friends about many subjects, including the plight of the Javanese citizenry and the need to improve their lot through education and progress. She recounts how Javanese intellectuals were put in their place if they dared to speak Dutch or to protest. She also describes the restrictive world she lived in, rife with hierarchy and isolationism. In 1902 Kartini wrote to one letter, to Mrs. Ovink-Soer, that she hoped to continue her education in Holland so that she could prepare for a future in which she could make such education accessible to all women.

Kartini is most known for writing letters in which she advocates the need to address women's rights and status, and to loosen the oppressive Islamic traditions that allowed discrimination against women. She protests against education restricted to males of the nobility, believing that all Javanese, male and female, rich and poor, have the right to be educated in order to choose their own destiny. Women especially are not allowed to realize their calling. As Nursyahbani Katjasungkana commented in the Jakarta Post, "Kartini knew and expounded the concept that women can make choices in any aspect of their lives, careers, and personal matters."

Promoted Nationalist Movement

Fearful of losing control over their island territory, the Dutch colonialists believed that knowledge of European languages and education could a be dangerous tool in the hands of the native Javanese. Consequently, they suppressed the activities of the native people, keeping them as peasants and plantation laborers, while at the same time counting on the Javanese nobility to support them in their rule over the region. Only a few of the nobility, Kartini's father included, were taught the Dutch language. Kartini believed that once the Europeans introduced Western culture to the island, they had no right to limit the desire of native Javanese to learn more. Clearly, by the late nineteenth century there was talk of independence. With her letters and her egalitarian fervor, Kartini can be said to have started the modern Indonesian nationalist movement.

Kartini was not proud of being set apart from her countrymen as one of the privileged few of the aristocracy. In her writings she described two types of nobility, one of mind and one of deed. Simply being born from a noble line does not make one great; a person needs to do great deeds for humanity to be considered noble.

RADEN AJENG KARTINI PELOPOR EMANSIPASI WANITA

Raden Ajeng Kartini atau yang lebih dikenal sebagai RA Kartini adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita. Lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, RA Kartini merupakan putri dari keluarga bangsawan Jawa yang cukup terkenal. Sebagai seorang wanita yang lahir pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, RA Kartini mengalami keterbatasan dalam memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk berkembang. Namun, RA Kartini tidak menyerah dan tetap berjuang untuk mendapatkan pendidikan serta memperjuangkan hak-hak wanita.

Sejak kecil, RA Kartini telah menunjukkan minat yang besar dalam bidang pendidikan. Ia belajar bahasa Belanda dari seorang guru swasta dan membaca banyak buku, termasuk buku-buku yang ditulis oleh para feminis Belanda. Dari situlah, Kartini mulai memiliki pandangan yang lebih luas tentang peran wanita dan hak-haknya. Pada usia 12 tahun, RA Kartini dijodohkan oleh keluarganya untuk dinikahkan dengan seorang bangsawan Jawa yang lebih tua darinya. Namun, RA Kartini menolak perjodohan tersebut dan meminta izin untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah Belanda. Meskipun awalnya ia ditentang oleh keluarganya, akhirnya Kartini berhasil meyakinkan ayahnya untuk memberinya izin.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Belanda, RA Kartini bekerja sebagai guru di sekolah pribumi. Di sana, ia berjuang untuk memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi wanita Indonesia. Ia juga membuka sekolah untuk perempuan, yang dikenal sebagai Sekolah Kartini, di mana ia mengajarkan bahasa Belanda, seni dan kerajinan, serta keterampilan lainnya.Tulisan-tulisannya yang dipublikasikan di surat kabar dan buku-buku yang ia tulis memperjuangkan hak-hak wanita dan kesetaraan gender. Buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" merupakan salah satu karya Kartini yang terkenal, di mana ia menuliskan pemikirannya tentang pendidikan dan emansipasi wanita.

RA Kartini meninggal dunia pada usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun, akibat komplikasi persalinan. Namun, perjuangannya untuk memperjuangkan hak-hak wanita dan kesetaraan gender telah memberikan pengaruh yang besar bagi Indonesia dan dunia internasional. Pada tanggal 21 April, Indonesia merayakan hari Kartini, sebagai penghormatan dan apresiasi atas perjuangan RA Kartini. Hari Kartini juga dijadikan sebagai momen refleksi dan inspirasi bagi semua orang, khususnya bagi wanita Indonesia, untuk mengembangkan potensi diri dan memperjuangkan hak-hak yang sama dengan laki-laki.

Ada beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari perjuangan dan karya RA Kartini, di antaranya:

Dalam rangka menghormati jasa-jasa RA Kartini, setiap tanggal 21 April di Indonesia diperingati sebagai Hari Kartini. Peringatan ini menjadi momentum untuk mengenang dan mempelajari kembali perjuangan serta karya RA Kartini, serta memperkuat semangat untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender dan kebebasan individu.

Sumber Gambar Dari Google.Penulis: Lusia Rahajeng

FOCUS June 2009 Volume 56

Raden Ajeng Kartini: Indonesia's Feminist Educator

Raden Ajeng Kartini is hailed as Indonesia's first feminist. April 21, the day of her birth, is celebrated as "Hari Ibu Kartini" (Kartini Day). She is seen as the symbol of Indonesian women's emancipation.[1]

Kartini was born on 21 April 1879, in a village called Mayong in the town of Jepara, North Central Java to an aristocrat family. She is the daughter of Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat, the Regent of Jepara. She went to a primary school, along with her brothers, for the children of Dutch planters and administrators. Other girls from aristocratic families did not receive the same formal education she obtained.[2] But under the old Javanese tradition of pingit, she was kept in seclusion at home until marriage upon reaching the age of twelve years.

Seclusion from twelve years of age until marriage did not stop Kartini from aspiring for further education. During her period of seclusion she wrote letters to many friends abroad, read magazines and books, and rebelled against the strong tradition of gender discrimination.[3] Her father gave her books on Javanese culture to "balance her western education and subscribed to a Literary Box, a box of magazines, children's books, modern novels and foreign news, which was changed every week by a local library."[4] In 1892, when she was twelve years old, Kartini made friends with the wife of the new Dutch officer appointed as Assistant Resident of Jepara, Mevrouw Ovink-Soer. Mevrouw was "highly cultured, had published a number of magazine articles," and later wrote a book entitled Women's Life in a (Javanese) Village. She was also a fervent socialist and fervent feminist.[5] One account says that the Dutch people who supported her desire to be educated and to search for new kind of education for herself were proponents of the then new colonial policy called "Ethical Policy" that emphasized[6]

Her father, a Javanese official serving the Dutch colonial government as a local administrative head on the north coast of Java, introduced her and her sisters to the reality of life for the people whom he governed, to the world beyond the then Dutch East Indies, besides exploring the intricacies of their own rich cultural heritage. He took his daughters to meet the villagers during times of crisis and celebration.[7]

She obtained a scholarship to study in Holland, a desire she worked to achieve for quite some time, but family pressure led her to ultimately reject it. She did not want marry but she consented to be the fourth wife of the Regent of Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, a man twenty-five years her senior. She died on 17 September 1904 after giving birth to a child a year after her marriage. She passed away at the young age of twenty-five. Prior to her death, Kartini founded a school for young girls.

In 1903, Kartini obtained permission to open in her own home in Rembang the first ever all-girls school, for daughters of Javanese officials. She created her own syllabus and system of instruction. The school aimed at the "character development of young women, while at the same time providing them with practical vocational training and general education in art, literature and science."[8] It was also a school that was both Western and Indonesian. By 1904, the school had one hundred twenty students.[9]

Kartini realized that the education she obtained that widened her choices in life should also be enjoyed as a right by all of her people. Influenced by Dutch feminists, Kartini wrote passionately for the improvement of education, public health, economic welfare, and traditional arts in her country.

She wrote in January 1903 a memorandum about education entitled Give The Javanese Education! addressed to an official of the Dutch Ministry of Justice.[10] She emphasized the need to educate the women for the development of society. She wrote:

xxx xxx xxx

She further wrote about the need for the formal education of the girls of the noble class:

She pointed out that given the resources and the Javanese population of twenty-seven million, educational policy should first be directed to elite women who could then open schools for the rest of the "masses." [11] She wrote:

She also explained that the purpose of formal education is not merely to learn the Dutch language. She argued

She criticized the Javanese culture's hierarchical nature, where younger siblings had to serve older ones and where norms dictated elaborate rituals of hierarchy. [12]

She also criticized the nobility by writing thus:

Kartini wrote many letters that were later published in Holland in 1911 in a book entitled Through Darkness into Light, and became a bestseller. It had four editions until 1923.[13]

She also wrote about her own Javanese society and the suffering of the rural poor, and the practice of polygamy.

Overall, she wanted to alter the relations between Indonesians and the Dutch a decade before the flowering of the nationalist movement. Thus, the desire to modernize her country and access the language of knowledge could be interpreted as a "nationalist" move.[14]

In her preface in the 1960s book Letters of a Javanese Princess, a collection of Kartini's letters, Eleanor Roosevelt wrote:

In present-day Indonesia, Hari Ibu Kartini or Kartini Day is seen as an "important event in the school calendar, often providing the setting in which students can explore Indonesian history, the roles of women in society, families and the rich cultural diversity of Indonesia....[and p]erhaps most importantly, it is for educators seeking to nurture the independence and self esteem of children in their care.[15]

Kartini lived a short life of twenty-five years and yet she left a legacy that supported the rights of Indonesian women in particular, and national identity in general. In the context of the remaining many challenges facing Indonesian women today, Kartini provides an inspiration to the continuing effort to overcome them.

1.Susan J. Natih,"Kartini, her life and letters,"The Jakarta Post, 21 April 2005.

2.Kumari Jayawardena, Feminism and Nationalism in the Third World (London and New Jersey: Zed Books Limited, 1994), page 141.

3.Bebeth, "Raden Ajeng Kartini, Are We Really Free?," Just About Anything, 21 April 2005,

http://bebeth009.blogspot.com/2005/04/raden-ajeng-kartini-are-we-really-free.html

5.Hilda Geertz, editor, Letters of a Javanese Princess ? Rada Adjeng Kartini (New York: W.W. Norton and Company, 1964), page 8.

8.Geertz, op cit., page 23.

9.Jayawardena, op. cit., page 145.

10.In Letters from Kartini: An Indonesian Feminist 1900-1904, translated by Joost Cote (Clayton, Victoria: Monash Asia Institute, 1992).

11."Southeast Asian Politics, Non- fiction, Javanese Education," Women in World History, available in www.chnm.gmu.edu/wwh/p/114html

12.Southeast Asian Politics, Non-fiction, Javanese Education, ibid.

13.Geertz, op cit., page 23.

14."Southeast Asian Politics, Non-fiction, Javanese Education," op. cit.

SETIAP tanggal 21 April, Indonesia memperingati hari ini sebagai Hari Kartini. Peringatan itu menjadi tonggak perjuangan emansipasi perempuan.

Perjuangan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mendapatkan hak bekerja, belajar, dan berkarya seperti laki-laki itu tidak lepas dari sosok Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat.

Sosok perempuan asal Jawa yang lebih dikenal dengan gelar Raden Ajeng Kartini ini lahir dari keluarga priyayi atau bangsawan pada 21 April 1879 di Jepara, Hindia Belanda.

Baca juga : Perjalanan Emansipasi Wanita: Dari Kartini Hingga Masa Kini

Kartini memiliki sejarah kisah yang inspiratif tentang seorang perempuan Jawa yang memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa kolonial Belanda.

Selama perjalanan hidupnya, RA Kartini banyak berjasa dalam memajukan kehidupan perempuan Indonesia, khususnya perjuangannya membuka akses pendidikan bagi para perempuan agar tidak tertinggal. Namun, rupanya Kartini menghadapi hambatan karena perempuan Jawa saat itu tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan tinggi.

Meski demikian, Kartini berupaya memperoleh ilmu atau pengetahuan dengan membaca buku dan menulis surat.

Baca juga : Daftar Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia

Surat Kartini kemudian dimuat di sebuah majalah Belanda. Dalam suratnya, ia menggambarkan kehidupan perempuan Jawa dan memperjuangkan hak atas pendidikan serta kesetaraan gender. Karya RA Kartini yang terkenal ialah berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang."

Selain itu, Kartini juga memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk hak mendapatkan pendidikan setara dengan laki-laki. Ia juga mendirikan sekolah khusus perempuan yang mengajarkan membaca, menulis, kerajinan tangan, dan memasak di Jepara.

Perjuangan untuk pendidikan perempuan terus berkembang. RA Kartini menjadi perempuan pertama yang mendirikan perkumpulan dan memajukan pendidikan perempuan.

Baca juga : Semangat Kartini Harus Dorong Pencapaian Target Kesetaraan dan Pemberdayaan Perempuan di Tanah Air

Sampai pada usianya yang ke 24 tahun, RA Kartini menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Rembang pada 12 November 1903. Setelah menikah, RA Kartini pindah ke Rembang bersama suaminya dan malakukan perannya sebagai istri sekaligus guru.

Namun, aktifitas keseharian RA Kartini mulai terhambat ketika mengandung anak pertamanya. Kondisi fisiknya mulai menurun sehingga beberapa kali menderita sakit.

Setelah melahirkan seorang anak laki-laki dengan selamat yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, RA Kartini diketahui kembali sehat. Sayangnya, pada 17 September 1904 Kartini wafat dalam usia yang masih sangat muda 25 tahun. Meski demikian, semangat dan perjuangannya dalam memajukan perempuan Indonesia masih sangat terasa hingga kini.

Baca juga : Yuk Teladani Sikap Raden Ajeng Kartini

Setelah wafat, Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno pada 2 Mei 1964 melalui keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964.

Presiden Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini 21 April sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasa RA Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia.

Selamat Hari Kartini! (Z-3)

Konten baru

4 Kita

4 Kita

Seit über 50 Jahren wird das Haus als Kindertagesstätte genutzt. Jede Gruppe hat zwei grosse Räume zum Spielen, Bewegen, Basteln und Ausruhen. Ein hübscher Garten und zwei weite Terrassen, wo sich die Kinder in geschütztem Rahmen bewegen und austoben können, ein schönes Malatelier und ein toller Bewegungsraum stehen den Kindern ebenfalls zur Verfügung.

Ratu86

Ratu86

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan, pemasaran dan distribusi fast moving consumer goods (FMCG).

Dewa88Bet

Dewa88Bet

Selanjutnya ada game bernama Mobile Premier League atau lebih dikenal dengan MPL. Aplikasi penghasil saldo dana ini berisi berbagai kumpulan game yang seru untuk dimainkan. Lewat game seperti fruit dart, fruit chop, pool, chess, bloxmash, archery, fruit slice, bubble shooter dan lainnya. Maka kamu bisa mengumpulkan diamond dengan menjadi top player.

Kapal

Kapal

Dokumen tersebut berisi format surat laporan kapal yang harus diisi oleh nakhoda kapal yang baru tiba di pelabuhan. Surat laporan mencakup informasi tentang kapal, muatan, awak kapal, pelabuhan asal dan tujuan, serta kesehatan awak kapal. Nakhoda diminta menandatangani dan mengembalikan surat laporan tersebut.

Naga Api

Naga Api

You can save this page to your Pinterest board for later. Feel free to follow MasterBundles boards and get the latest pin directly from there as well.

Marga Qt

Marga Qt

The province spans a landlocked area of 1,159.0 km2 (447 sq mi), making it the sixth largest of Valaparíso Region's eight provinces. According to the 2002 census, which was conducted before the province came into law, the sum of Marga Marga's communes was 277,525 persons, making it the second most populous province in the region after Valparaíso Province. At that time, there were 267,022 people living in urban areas, 10,503 people living in rural areas, 133,605 men and 143,920 women.

Kb Ke Gb

Kb Ke Gb

Kelurahan Pisangan dipimpin oleh Bapak Martyasto Adhi Hadanto, S.STP dan Sekretaris Lurah Abdul Halim, SE. Kelurahan Pisangan luas wilayah 405 Ha, yang terdiri menjadi 19 Rukun Warga dan 118 Rukun Tetangga.

Dufan

Dufan

0%0% menganggap dokumen ini bermanfaat, Tandai dokumen ini sebagai bermanfaat

Bagus365

Bagus365

SEGERA DIARAHKAN MENUJU SITUS TERGACOR 1 Detik

Betsapi

Betsapi

Bintang Timur Futsal Club Surabaya is an Indonesian professional futsal club based in Surabaya, East Java. The club plays in the Indonesia Pro Futsal League.

Ayu Adalah

Ayu Adalah

Imposta i tuoi cookie

Gembu

Gembu

Temukan berbagai rekomendasi produk Slot Pintu Besi dengan harga terbaru Desember 2024 di UKUR. Belanja online kebutuhan bangunan terbaik paling praktis. Cukup telusuri produk Slot Pintu Besi, pilih model, ukuran, maupun ragam varian lainnya yang sesuai kebutuhan. Pastikan membaca detail dan ulasan terpercaya dari pembeli lainnya. Check Out barang belanjaan anda dan jangan lupa nikmati promo menguntungkan yang tersedia di UKUR!

Al Timur

Al Timur

Wind is an important element in life on earth, both human life, animals and plants. In the Koran, wind is mentioned with the word riih in the singular form and riyah in the plural form. Various types of wind are mentioned in the Quran, among others: 'Aqiim winds, Sharshar winds,' Ashif winds, Qashif winds, Thayyibah winds, and Sakinah winds. Meanwhile, Al Quran also explains about the functions of the wind, including: helping the pollination process, moving the clouds so that it rains, moving the clouds so that it rains to fertilize the land, the wind influences the formation of sea waves, and as a warning bearer of doom.

Menang4D

Menang4D

Menang4D merupakan provider situs slot yang sudah berlisensi resmi dan pasti nya sudah terpercaya untuk Slotter Indonesia, Tentu nya dengan memiliki game-game yang sudah di lengkapi dengan fitur Winrate 99% dan RTP 100% Akurat

Kejarslot

Kejarslot

FAKULTAS AGAMA ISLAM UMMAT

Pesawat

Pesawat

Control Airplane di langit kota game terbang sudah siap pesawat menyelesaikan game pesawat 3d sebagai misi terbang pesawat kota 2023 dari game sim penerbangan pilot modern 2023.Nikmati game simulator penerbangan gratis dan jadilah simulator pesawat dengan hati-hati dalam lepas landas pesawat pendaratan di game pesawat tentara 2023. Tugas Anda adalah menerbangkan pesawat dalam mengangkut penumpang dari satu bandara ke game pesawat off road lainnya di game simulator pesawat transporter gratis mania. Penerbangan pesawat 3d dan simulator pendaratan pesawat kota 3d game dan tantang keterampilan pilot Anda untuk mendarat dan lepas landas di landasan pesawat kota dan game sim penerbangan pilot. pesawat kota yang unik simulator pesawat konsep 2023 yang dikemas luar biasa dalam game pendaratan penerbangan kota 2023 arena simulator penerbangan percontohan pesawat kota jahaj wali game bhejen..Simulator pertarungan pilot pesawat 3d adalah salah satu game simulasi pesawat terbang dan penyelamatan kota terbaik 2023. Game pesawat Fly Jet 3d dan sky warroir 2023 ini menawarkan simulator pesawat yang membuat game simulator penerbangan pesawat adiktif yang akan menjadi kumpulan beberapa pesawat 3d dan misi mendetail dari game parkir biasa 2023. Menerbangkan Game Pesawat Besar 3d di prajurit langit 2023 membutuhkan keterampilan pilot yang sempurna dari game lepas landas pesawat terbang dan game Landing City Pilot Flighting 2023.Pesawat terbang 2023 Game simulator pesawat yang sempurna, game penerbangan kota, aksi Mayday, dan game pesawat terbang kota 2023! Nikmati game pilot pesawat baru 2023. Game Pesawat Gratis adalah airbus terbang terbaik dalam game cuaca badai, simulator pesawat mengontrol game parkir pesawat super 2023 secara efisien, mendarat di pos pemeriksaan di landasan pacu pesawat, dan melakukan game parkir pesawat 2023. Nikmati pesawat aerofly simulator pendaratan sim dan offroad 2023 di pesawat lepas landas ini dan nikmati terbang di kokpit dalam game pesawat 2020. nikmati bermain game terbang pesawat 3d, dan game pesawat dari Game Pendaratan Pesawat 2023. Game bandara ini dan petualangan off road mania kota 2023 di offroad game mengemudi Pesawat modern yang terbaik dalam kendali terbang ada di tangan Anda City Pilot Flight simulator 2023.Simulator pesawat 2023 adalah aksi permainan terbang yang mendebarkan yang terdiri dari misi dan pos pemeriksaan permainan pesawat terbang tak terbatas. Kontrol terbang simulator pesawat, mudah untuk menerbangkan pesawat modern di game gratis teratas 2022/2023.pilot pesawat kota dan sim 3d penerbangan modern off-road adalah game selebaran 2023 . Simulator Pilot Penerbangan Pesawat Nyata 3D, Anda akan dipandu dengan kecepatan tinggi untuk lepas landas dari landasan pacu dalam game simulator offload misi Anda akan cincin permainan jahaj wala di game terbang kota .Game pesawat jet terbang dan simulator kota akan memberikan sensasi terbaik dari terbang jet pribadi dan pengalaman pilot dari game aeroplan kota 2023. permainan jahaj wali bhejen Kontrol pesawat modern dan lingkungan terbang seperti kota dan pegunungan Unduh dan mainkan Penerbangan Pesawat 2023 DAN Simulator Percontohan Game Terbang Gratis 2022/2024 dan rasakan game pesawat Pilot Terbang Nyata 2023. Pimpin game jahaj wala pesawat Anda menuju pesawat terbang landasan pacu dan game jahaj wala 2023 tempatkan di dalam wilayah yang ditandai untuk menyelesaikan game jahaj wala level game parkir. Game Pesawat Simulator Penerbangan adalah game Simulator Pesawat 3D baru yang mengagumkan 2023, pilot dan menerbangkan pesawat Anda ke tujuan City Pilot Flight 2023. Game Terbang Pesawat pasti t o pertahankan game jahaj wali bhejen Anda terpaku pada game jahaj wala ponsel Anda. memperlambat pesawat dan bersiap untuk mendarat, berhati-hatilah agar game jahaj wala tidak menabrak City Pilot Flight 2023 Game pilot kontrol pesawat nyata 3d, dan game jahaj wali bhejen beberapa level pilot untuk menerbangkan pesawat 2023.

88 Bola

88 Bola

Your current plan allows analytics for only 5 channels. To get more, please choose a different plan.

Waw4F

Waw4F

📌 Tersedia bermacam-macam pilihan dari produsen dan merk berstandar mutu.📌 Harga paling update Desember 2024.📌 Ada review dan testimoni produk untuk bantu anda temukan yang terbaik.📌 Promo khusus bagi pengguna baru.📌 Bisa cicil bunga 0% dari berbagai bank.📌 Pengiriman kilat! Pesan hari ini, barang datang hari ini!

Zigat

Zigat

Harga diatas berlaku pada 6 Desember 2022. Perlu kamu ketahui bahwa harga saham berubah setiap harinya, sehingga harga 1 lotnya juga akan ikut berubah.

Mod Naga

Mod Naga

Muat turun Apl HappyMod Rasmi untuk mendapatkan mod berfungsi 100%!